Setiap February,
permen, bunga, hadiah dan kartu ucapan ditukarganti diantara sebahagian orang.
Ini katanya sebagai menyambut Valentine’s Day. Untuk yang ngga memahami,
dikatakan: ‘Iyah. Ngga apa2 sih. Kan ianya lambang persahabatan dan kasih
sayang? Penjelasan ini sangat menunjukkan bahwa mereka ngga mengerti langsung
implikasi dan kesan buruk amalan mereka meniru acara Barat itu.
Valentine itu ternyata tidak semanis namanya, valentine itu
bukan budaya kita, Padahal Valentine
masih ada kaitannya dengan sejarah peradaban Barat. bila ditelusuri sejarah
Valentine itu terdapat dua versi.
Versi pertama berasal dari perayaan
Lupercalia atau upacara pensucian pada zaman Romawi Kuno.
“Valentine ini
masih ada hubungannya dengan pemujaan terhadap dewa (perayaan pagan),”
Di dalam sejarah
dijelaskan, selama perayaan yang berlangsung dari tanggal 13-18 Februari itu,
para laki-laki mengundi nama para gadis di dalam kotak undian. Kemudian para
gadis itu dijadikan sebagai objek hiburan dan senang-senang semata oleh para
laki-lakinya, bahkan hingga ada acara pelecutan tubuh untuk para perempuan.
Para perempuan itu bersedia dilecut, karena mereka percaya lecutan tersebut
akan membuat mereka jadi lebih subur.
“Dengan
menjadikan wanita hanya sebagai objek hiburan, Barat sangat merendahkan para
wanitanya melalui acara Valentine ini,”
versi kedua berasal dari kematian Saint
Valentine yang terjadi pada Tahun 496 Masehi. Paus Gelasius I mengubah upacara
Romawi kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day
untuk menghormati Saint Valentine yang katanya meninggal pada 14 Februari.
“Kalau merujuk ke
sini, jelas nggak nyambung dengan inti perayaan valentine yang mengagungkan
kasih sayang dan sangat jelas terlihat bahwa Valentine itu tidak semanis
namanya,” saya menegaskan kembali, bahwa
Valentine Day bukan budaya bangsa Indonesia. Hingga saat ini belum pernah
terdengar atau menemukan orangtua-orangtua dari awal abad 20, merayakan dan
memperingati Valentine.
Tinggal beberapa hari lagi perayaan ini akab berlangsung, para
pemuda/pemudi & para remaja sudah bersiap-siap untuk merayakannya.
Sungguh ironis, kebanyakkan orang tua merestui event ini karena ketidak
tahuan mereka. Dengan alasan hanya sekedar perayaan dan tak salah jika
sekali-kali membahagiakan anak, mereka memfasilitasi dan memberi ijin
kepada anak-anakmereka. Tragis !
Ini dengan jelas menunjukkan ianya adalah sambutan keagamaan dan kerna
itu, haram di sambut oleh orang Islam dalam apa bentuk sekalipun. Ingat
hadis nabi: ‘Man tasyaabiha bi qaumi, fahuwa minhum.’ ‘Barangsiapa yang
meniru sesuatu kaum, dia akan digolongi sebagai kaum itu.’
Na’uudzubillahi min dzaalik!
“Jangankan
merayakan atau memperingati Valentine, berpakaian ala Barat yang buka-buka
aurat itu aja mereka malu sekali, apalagi sampai merayakan Valentine,” EH skrng
malah anak zaman skrng mryakan. Hal ini sebenarnya sdh dipermasalahkan dr dulu.
Generasi muda kita jg mgkn sebagian besar udh paham arti valentine itu
sesungguhnya. Sayang, pendidikan yg minim dr ortu mengakibatkan budaya itu msh
tertanam di hati mereka. Mereka terbuai dgn kata2 cinta.....