Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi
timbulnya Perang Teluk I (Perang Irak-Iran)?
2. Apa saja faktor-faktor yang
menjadi penyebab terjadinya Perang Teluk I?
3. Apa nilai penting Teluk
Persia bagi Amerika Seriktat?
4. Bagaimana proses atau
jalannya Perang Teluk I?
5. Upaya-upaya saja yang
dilakukan dalam menghentingkan Perang Irak-Iran?
6. Apa saja dampak yang
ditimbulkan dari perang tersebut?
1) Latar Belakang Timbulnya Perang
Irak-Iran
Irak dan
Iran merupakan Negara Islam. Sesungguhnya konflik ke dua Negara tersebut di
karenakan salah satunya karena aliran Sunni dan Syi’ah yang dianut oleh
masing-masing negara. Di Iran hampir 100% penduduknya beraliran Syi’ah
sedangkan di Irak kira-kira 60% beraliran Syi’ah. Tetapi Irak di perintah oleh
orang- orang Suni yang minoritas di Negara itu. Orang-orang Syi’ah di Iran
mengajak orang-orang Syi’ah di Irak untuk memberontak menumbangkan pemerintahan
Saddam Hussen. Sebab partai Baath dan Saddam Hussen di anggap anti Islam.
Karena merasa terancam dengan aksi orang- orang Syi’ah yang merasa
dianaktirikan, pemimpin Syi’ah Bagher Sadr disingkirkan.
Konflik
dua Negara juga dikarenakan dulu terjadi perang antara Babilonia dengan Persia.
Irak adalah penerus Babilonia sedankan Iran penerus Persia. Dalam sejarah kedua
bekas kerajaan telah berperang dan saling menaklukan. Kedua Negara tersebut
telah berkonflik sejak dulu, yakni dimulai pada masa kerajaan Mesopotamia
hingga kekaisaran Ottoman (antara tahun 1555 dan 1918) mengenai batas wilayah
antar Irak dan Iran. Persengketaan batas negara itu terus berlanjut hingga
kemudian pada 1975, atas desakan Amerika Serikat, Iran dan Irak menandatangani
kesepakatan mengenai batas negara di Algiers, Aljazair. Sejak saat itu,
hubungan kedua Negara membaik pada tahun 1978, akan tetapi hubungan kedua
Negara tersebut memanas kembali ketika Saddam Hussein berkuasa dan mengungkit
masa lalu. Saddam Hussein jelas-jelas menyobek perjanjian Aljazair di depan
televisi. Itulah tanda dimulainya perang dengan Iran.
Di Zaman
Shah, Iran membuat program industrialisasi yang dipercepat luar biasa telah
mempersenjatai dirinya secara berlebihan. Ambisi Iran waktu itu adalah menjadi
Negara yang paling maju dan paling kuat di kawasan Timur Tengah. Untuk
mewujudkannya mereka berpolitik Imperialisme. Mereka tidak segan-segan
menguasai tiga pulau di dekat Ormus untuk memungkinkan mengontrol mulut teluk
Persia.
Pada saat
Iran tak mampu lagi menjadi penjaga Teluk Persia, Irak berambisi untuk
menggantikannya karena mereka pada saat itu berada dalam posisi yang kuat.
Mereka saling memperebutkan Teluk Persia Shatt Al-Arab. Teluk Persia yang
merupakan perbatasan antara Irak, Iran dan Kuwait. Karena kawasan Teluk Persia
merupakan kawasan kilang-kilang minyak. Oleh karena itu, Irak dibawah
kepemimpinannya menginginkan teluk tersebut untuk menjadi bagian dari
wilayahnya yang akan mengantarkan Irak menjadi Negara superior di Timur Tengah
sekaligus ingin membendung meluasnya Revolusi Iran dan menggulingkan Republik
Islam Iran yaitu, Ruhollah Khomeini. Puncaknya, ketika pasukan Irak menerobos
perbatasan Iran dan melancarkan sebuannya ke Iran.
2
) Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
Perang
Adapun beberapa yang menyebabkan
terjadinya Perang Teluk I (Perang Irak-Iran), yaitu :
- Ketika Irak
berada di bawah pemerintahan Saddam Husein ingin mengembalikan daerah-daerah
yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Babilonia di masa lampau. Menurut Sejarah
masa lalu negeri Irak merupakan pewaris dari Kerajaan Babilonia. Untuk mencapai
cita-citanya, Irak melancarkan serangan ke Iran sehingga meletuslah Perang
antara Irak dengan Iran.
- Perbedaan
aliran antara kedua negara yaitu aliran Syi’ah (Iran) dan Sunni (Irak).
Orang-orang Syi’ah di Iran mengajak orang-orang Syi’ah di Irak untuk memberontak
untuk menumbangkan pemerintahan Saddam Hussein. Sebab partai Baath dan Saddam
Hussen di anggap anti Islam.
- Pasukan Irak
menerobos perbatasan Iran pada tanggal 22 September 1980 dikarenakan masalah
perbatasan yang berlarut-larut antara kedua Negara.
- Irak secara
sepihak membatalkan perjanjian dengan Iran tanggal 22 September 1980.
Perjanjian Irak dengan Iran itu adalah Perjanjian Algier (1975) mengenai
penguasaan bersama atas daerah Shat Al-Arab yang kaya akan minyak.
- Kekhawatiran Saddam
Hussein atas perlawan Syi’ah yang dibawa oleh Ruhollah Khomeini dalam Revolusi
Iran.
- Ambisi Sadam
Husen untuk tampil sebagai orang nomor satu dan dihormati didunia Arab.
- Percobaan
pembunuhan terhadap pejabat Irak, yaitu Deputi Perdana Menteri Irak Tariq Aziz.
Irak segera bertindak dan menangkap sejumlah orang yang terlibat dalam hal ini.
Irak beranggapan bahwa agen Iranlah yang terlibat dalam hal ini dan
mendeportasi ribuan warga Syi’ah berdarah Iran keluar dari Irak.
3) Nilai Penting Teluk Persia bagi Amerika
Serikat Serikat (AS)
Berakhirnya Perang Dunia I pada tahun 1914 membawa dunia pada permintaan
pasokan minyak yang cukup tinggi terutama disebabkan pada tiap-tiap negara yang
berperang merubah kapal-kapal mereka dari penggunaan batu bara beralih pada
penggunaan minyak. Setiap negara-negara yang berperang pada saat itu terus
meningkatkan angkatan bersenjata mereka dengan menambah truk, tank, serta
pesawat. Hal ini menjadi pemicu semakin meningkatnya permintaan minyak dunia
sehingga bisa dikatakan minyak merupakan harta karun yang diperebutkan dan
diperdagangkan oleh setiap negara hingga saat ini. Layaknya Teluk Persia di
asumsikan sebagai ladang minyak baru bagi dunia yang telah memberikan suplai
netral bagi pemenuhan pasokan minyak dunia. Di tahun 1909 perusahaan
Anglo-Persia (APOC) mulai membangun pipa untuk mentransportasikan minyak dari
sumbernya ke pelabuhan terdekat di Teluk Persia.
Hingga
pada Perang Dunia II permintaan minyak semakin menunjukan peningkatannya mencapai 900% dibandingkan 21 tahun yang
lalu. Mengetahui hal tersebut Amerika menetapkan Teluk Persia sebagai
geostrategic pertamanya menjadi wilayah pensuplai minyak yang potensial. Bahkan
di tahun 1944 tercatat dalam laporan teknikal pemerintahan Amerika teluk Persia
dilabeli sebagai “Pusat Gravitasi” bagi perkembangan minyak.
4
) Jalannya Perang Irak-Iran
Pada tahun 1979 terjadi Revolusi Islam Iran dimana Ruhollah
Khomeini memimpin revolusi tersebut. Pemimpin revolusi Islam di Iran yaitu,
Ruhollah Khomeini yang memiliki impian untuk menyebarkan pengaruh revolusinya
ke negara-negara Arab lainnya.
Saddam Hussein merasa khawatir dengan revolusi tersebut hal
itu dikarenakan posisi wilayah Irak yang bersebelahan dengan Iran, penduduknya
yang sebagian beraliran Syi’ah, dan
menganggap revolusi ini menghambat ambisinya untuk menjadi kekuatan dominan di
Arab.
Jalannya perang terbagi dalam beberapa periode berikut ini:
1. Periode
Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak )
Irak melakukan berbagai serangan terhadap Iran guna
menguasai wilayah dan mencegah Revolusi Islam Iran.
2. Periode
Tahun 1982-1984 ( Titik Balik Mundurnya Irak )
Iran tidak tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai
Operasi militer untuk membalas serangan-serangan dari Irak. Dan hal tersebut
telah berhasil memukul mundur tentara militer Irak.
3. Periode
Tahun 1984-1988 ( Perang Tanker )
Tahun 1984, berkat bantuan pesawat tempur Super Etentard
terbaru dari Perancis, Irak melakukan operasi militer di laut mulai dari muara
Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer
tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi
militer. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi
ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak.
4. Periode
Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya AS ) Dampak dari Perang Tanker.
Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang
Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh
pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Akhirnya AS
menerjunkan armada lautnya di sekitar Teluk Persia dengan tujuan untuk
mengisolasi Iran dan menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana.
5. Periode
Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )
Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi
Dewan Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah berlarut-larut
selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus 1988. Tawaran tersebut.
5
) Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam
Menghentikan Perang Irak-Iran
1. Setelah sidang
Dewan Keamanan PBB pada tanggal 28 September 1980 di New York telah meminta
kepada kedua belah pihak menghentikan peperangan dan permasalahan kedua belah
pihak diselesaikan di meja perundingan. Mereka meminta Irak mundur dari
tempat-tempat yang diduduki di Iran. Tetapi kedua belah pihak menolak tawaran
tersebut.
2. Dalam proses
penyelesain Perang Irak-Iran, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan Resolusi
No.598 pada tanggal 20 Juli 1987. Resolusi ini berisi usulan untuk dilakukannya
genjatan senjata antara Irak dan Iran. Namun Irak dan Iran menolak usulan
tersebut.
3. Pada akhir Juli
1988, Iran menyatakan kesediaanya untuk menerima usul genjatan senjata dan
diberrlakukannya kembali perjanjian Algier seperti yang tercantum dalam
Resolusi DK PBB No.598. Iran mendapat kompensasi dari Irak sebesar 150 juta
dolar AS pertahun.
6
) Dampak yang Ditimbulkan dari
Perang Irak-Iran
A. Dampak Negatif yang
Ditimbulkan :
1. Dalam Bidang
Ekonomi :
- Perekonomian Irak mengalami kehancuran serta terkena
blokade ekonomi dan sanksi dari PBB
- Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang
selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.
- Pembangunan ekonomi di kedua negara menjadi terhambat dan
ekspor minyak kedua negara terganggu.
2. Dalam Bidang
Sosial :
- Jumlah korban jiwa,
jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran
mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak
mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata
musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat
luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang
berdampak jangka panjang.
- Perpecahan di
negara Arab menimbulkan rasa tidak nyaman dan suasana kehidupan sehari-hari
yang tegang dan tercekang yang disebabkan adanya perperangan.
- Irak yang menuduh Iran terlibat dalam percobaan pembunuhan
terhadap Deputi Perdana Menteri Irak sehingga langsung mendeportasi ribuan
warga Syi’ah berdarah Iran keluar dari Irak.
3. Dampak Bidang
Politik :
- Amerika Serikat semakin kuat pengaruhnya di Timur Tengah.
- Adanya sikap anti
USA dari pihak Irak (Amerika Serikat).
- Proses jalannya
pemerintahan di kedua negara menjadi kurang efisien dan terhambat karena adanya
perang ini.
4. Dampak Bidang
Kemiliteran :
- Banyak korban
peperangan ini tidak hanya dari non sipil namun juga dari kemiliteran di kedua
negara yang banyak tewas dan luka-luka serta cacat fisik dalam peperangan ini.
- Banyak persenjataan
dan alat-alat kemiliteran yang digunakan pada peperangan ini rusak berat atau
bahkan tidak dapat digunakan lagi.
B. Dampak Positif yang
Ditimbulkan :
- Selain kerugian
materi dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang.
Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum
perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah
perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara
dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan.
- Teknologi
persenjataan perang yang canggih di antara kedua negara yang meningkat pesat
sehingga berpengaruh positif bagi peningkatan persenjataan kemiliteran
masing-masing negara.
a.
Perang Irak – Iran (1980 – 1988)
Perang Irak – Iran dilatarbelakangi permasalahan lama yaitu
perebutan hegemoni sebagai penguasa di kawasan Teluk Persia. Selain itu juga
adanya keinginan Irak untuk menguasai Shaat Al Arab yaitu jalur perairan
strategis yang memisahkan Iran-Irak menuju teluk Persia. Kedua negara
mengekspor minyak melalui jalur tersebut. Hal ini ditambah dengan
berlangsungnya revolusi Islam di Iran pada Januari 1979. Revolusi Islam
berhasil menjatuhkan rejim Shah Iran (Shah Reza Pahlevi) yang didukung AS.
Pemerintahan selanjutnya dipegang kaum ulama yang dipimpin Ayatollah Khomeini.
Perang diawali dengan insiden peledakan bom di Universitas
Mustansyiriah Baghdad pada 1 April 1980. Pada saat itu berkumpul mahasiswa se
Asia untuk menghadiri Konferensi Ekonomi Internasional. Kegiatan mengalami
kegagalan, dan dijadikan alasan oleh Irak sebagai tantangan berperang.
Pada tanggal 4 September 1980, Iran melancarkan serangan ke
perbatasan Irak. Irak mencoba membalas dengan menyerang Iran pada tanggal 22
September 1980. Sejak saat itu berlangsunglah perang Irak – Iran sampai tahun
1988. Perang selama delapan tahun tersebut, juga melibatkan pihak asing, dimana
negara Barat mendukung Irak dengan suplai peralatan militer dan dana. Sedangkan
Iran didukung oleh Uni Sovyet dengan bantuan sejenis. Dalama perang tersebut
tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Namun rakyat menjadi korban
yang konon hampir menyamai korban perang dunia I dan ekonomi kedua negara
menjadi hancur. Perang diakhiri dengan gencatan senjata pada tanggal 20 Agustus
1988.
b. Invasi
Irak ke Quwait (2 Agustus 1990)
Setelah reda dengan perang Irak – Iran, maka kawasan teluk
kembali menjadi perhatian dunia internasional. Perang Teluk II dilatarbelakangi
krisis yang terjadi di Teluk Persia sebagai akibat pendudukan Irak atas Kuwait.
Irak mencoba melakukan aneksasi terhadap negara Quwait pada tanggal 2 Agustus
1990. Perselisihan Irak – Quwait disebabkan masalah :
1) perbatasan kedua negara yang memang belum jelas.
2) sengketa ladang minyak Rumeila yang kebetulan berada di perbatasan
kedua negara.
3) ambisi Saddam Hussein yang ingin menjadi pemimpin dunia
Arab atau Timur Tengah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka menjelang fajar tanggal 2
Agustus 1990 Irak dibawah pemerintahan Saddam Hussein menyerbu Quwait dengan
pasukan sebesar 100.000 orang. Dengan perbandingan militer yang jauh tidak
seimbang (Kuwait hanya memiliki sekitar 20.000 orang), maka dalam waktu singkat
Irak dapat menguasai seluruh Quwait. Penguasa Quwait terpaksa melarikan diri ke
negara tetangga, Arab Saudi.
Invasi Irak tersebut menimbulkan reaksi dunia internasional.
Liga Arab dalam konferensi di Cairo mengeluarkan pernyataan bahwa Irak harus
segera menarik mundur pasukannya dari Kuwait. Pada tanggal 8 Agustus 1990, AS,
Inggris, Perancis, Australia dan negara Liga Arab melakukan Operasi Perisai
Gurun (Desert Shield Operation). Operasi ini belum melakukan penyerbuan
terhadap Irak di Kuwait. Dan sejak 17 Januari 1991, operasi diubah menjadi
Operasi Badai Gurun (Desert Storm Operation) dibawah jendral Norman Schwarzkopf
(AS).
PBB turun tangan dan melalui Dewan Keamanan (DK) PBB telah
dikeluarkan 12 resolusi terhadap Irak. Resolusi pada tanggal 29 Nopember 1990
berisi ultimatum terhadap Irak agar meninggalkan Kuwait pada tanggal 15 Januari
1991. Irak diberi alternatif/ pilihan :
1) Irak harus menarik pasukan dari Kuwait
2) atau Irak dihancurkan oleh pasukan multinasional pimpinan
AS.
Ternyata Irak menolak resolusi tersebut, sehingga pasukan
multinasional dipimpin AS menyerang Irak pada tanggal 16 Januari 1991. Serangan
militer dalam skala besar selama 100 jam terhadap Irak memaksa Saddam Husein
meminta gencatan senjata pasukan Irak mundur dari Kuwait pada 26 Pebruari 1991.
Selanjutnya presiden Bush (AS) memerintahkan penghentian sewrangan terhadap
Irak. Tujuan penarikan mundur pasukan Irak tersebut untuk memenuhi resolusi DK
PBB nomor 660 dan desakan dari Gorbachev. Irak pada akhirnya menerima semua
syarat yang diajukan multinasional dan mencapai gencatan senjata secara
permanen di kawasan teluk. Irak mendapat sanksi yang berat yaitu embargo dalam
segala bidang, kecuali ekspor minyak untuk mendapat bahan makanan dan
obat-obatan (Oil for Food). Embargo berlangsung cukup lama, sehingga sarana dan
prasarana vital di Irak mengalami kelumpuhan.
Invasi Irak ke Kuwait membawa dampak yang luar biasa baik
positif maupun negatif. Adapun dampak menguntungkan bagi Amerika Serikat dan
Israel adalah :
1) peranan Amerika Serikat semakin dominan dalam politik
Timur Tengah.
2) Amerika Serikat berhasil mendapatkan pangkalan militer di
Dahran (Arab Saudi) yang lebih mudah bagi AS untuk melindungi Israel, sekutu
terpenting di Timur Tengah.
Dampak positif konflik teluk adalah :
1) Keterlibatan AS
yang sangat intens dalam konflik teluk, makin memperjelas sikap mendua politik
luar negerinya terhadap masalah Timur Tengah.
2) Konflik teluk
mempercepat proses perdamaian Iran – Irak yang sebelumnya berjalan tersendat-sendat,
karena sebelumnya Baghdad bersikeras mempertahankan pendiriannya.
3) Konflik teluk
telah membuka kembali perhatian dunia tentang perlunya penyelesaian segera
seluruh masalah Timur Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar